Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI)

Pertama kali kudengar UKBI di obrolan grup WhatsApp penulis GLN (Gerakan Literasi Nasional) 2019. Waktu itu, kalau tidak salah.. ada yang menanyakan ke mana salah satu admin (panitia dari Seleksi Penulis GLN), kok tidak merespons topik yang sedang dibicarakan anggota grup.

Laptop pinjaman teman baru, Lestari Wanasita


Lalu ada yang menyahut, 'Mas-nya sedang sibuk jadi panitia UKBI, 'kali.'

'Apa itu UKBI?' celetukku.

'Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia,' jawab teman itu.

Saat itu aku tidak ingin mencari tahu, apa itu UKBI...

... sampai kemudian, aku berkepentingan dengannya.

Tahun ini Badan Bahasa Kemdikbud kembali menyelenggarakan seleksi penerjemah, dan aku mencoba lagi peluang ini.

Beberapa teman mengabarkan info ini melalui chat WA sejak pekan terakhir Februari 2022, dan aku mulai menyusun rencana.

Rasa gamang kembali membayangi. SKPI yang kuurus tahun lalu, sampai saat ini belum kuambil. Dulu, pegawai layanan akademik Fakultas Vokasi bilang, akan mengabari aku kalau SKPI sudah jadi.

Aku tidak pernah dikabari tentang itu. Saat itu pandemi Covid-19 tahun lalu masih tinggi kasusnya (penyebaran virus varian Delta). Kondisi itu seperti jadi alasan bagiku untuk tidak segera ke kota asal..

.. padahal aku masih bingung dengan diriku sendiri. It's been months.. almost a year..

Kabar seleksi penerjemah inilah yang melecutku untuk merencanakan perjalanan mengambil SKPI

Berangkatlah aku hari itu, Senin pagi (07/03) naik bus patas Sugeng Rahayu. Tiba di ibukota provinsi, aku hanya sebentar ke kampus dan ke kantor pajak. Yang lama adalah perjalanan naik bus pergi pulang, dan terlama naik bus kota dari Terminal Purabaya ke jalan A Yani depan Sekolah Khadijah.

Setelah SKPI aman di tangan, mulailah aku menyiapkan tahap selanjutnya untuk bisa mengikuti seleksi penerjemah.

UKBI

Panitia men-syaratkan peserta seleksi melampirkan skor UKBI minimum 600 untuk seksi I sampai III (paket 1).

Inilah yang membuatku akhirnya tahu apa itu UKBI. TOEFL-nya Bahasa Indonesia. Aku sendiri malah belum pernah ikut TOEFL, meski sudah menerjemahkan banyak buku dan dokumen.

Kok bisa, sih?

Bisa, dong πŸ€ͺ

Aku download panduan UKBI. Mencoba mengikuti latihannya. Bisa dikerjakan di hp. Aku masih bersabar dengan laptop yang belum bisa dipakai online.

Hasil latihan pertamaku, skor 566, predikat IV (madya). Duh, harus sering latihan ini, biar hapal tekniknya dan bisa dapat skor lebih dari yang disyaratkan.

Latihan keduaku, skor 612, predikat III (unggul). Alhamdulillah.

Latihan lagi yang ketiga, dapat skor 699, predikat II (sangat unggul).

Tapi gimana dengan ujian sesungguhnya nanti? Aku khawatir kalau tidak mencapai skor minimum.

Selama masa persiapan ini, aku banyak ngobrol dengan Mbak Erawati Heru Wardhani dan Mbak Tyas KW, dua kakak seperjuangan. Mereka selalu menyemangati aku.

Mbak Tyas bilang, aku harus segera daftar UKBI, karena pendaftaran seleksi ditutup tanggal 18 Maret 2022. Tentu, ujiannya harus sebelum penutupan pendaftaran.

Kata Mbak Era, '... Lia pasti skor tinggi..'

Kuaminkan saja doa kakak-kakak itu.

UKBI ini berbayar. Mbak Eni (BE Priyanti), yang juga selalu mendukungku (meski akhir-akhir ini kami tidak chat sesering dulu), bilang, dirinya sudah dua kali ikut UKBI gratis 😁 mungkin maksudnya, atas biaya instansi tempatnya bekerja.

Paket 1 biayanya 300ribu. Aku masih dibayari Bapak πŸ₯²

Hari apa ya, aku mendaftar? Aku lupa. Yang kuingat, batas bayar Senin (14/03). Aku dapat jadwal ujian Rabu (16/03) jam 8 pagi.

Hari Senin (14/03), aku merasa sehat. Siang hari, aku mulai merasa pening. Pening yang ringan meningkat menjadi pusing berputar, lalu sakit kepala seperti dihantam benda keras, dan mual.

Aku tidak sempat ke ATM untuk transfer biaya UKBI. Akhirnya Bapak membayarkan via mobile banking.

Sudah bayar bukan berarti sudah beres. Bukti pembayaran harus diunggah ke website UKBI.

Aku bingung, tidak menemukan pilihan upload. Kucoba mengutak-atik lagi. Coba pindah jadwal ujian. Yes. Barulah muncul pilihan unggah bukti pembayaran setelah aku pindah jadwal (jadi Kamis, 17 Maret).

Mudahkan proses selanjutnya, ya Allah..

Menjelang ujian..

Aku mulai cari warnet, untuk ujian nanti. Kata Mas Sanjaya, ujian pakai hp bisa saja, tapi tidak disarankan. Soalnya, website UKBI belum mobile friendly. Aduh..

Ada satu warnet pilihanku, yang tampaknya nyaman. Sejam tiga ribu. Jaraknya sekitar 1 km dari rumah. Coba dulu satu jam ya..

Kucoba download simulasi UKBI, yang tersimpan di komputer warnet. Ada tiga komputer di sini, dan aku ditunjukkan sebuah yang paling dekat dengan pintu luar. Aku tidak banyak tanya, kucoba saja.

(Warnet kok PC-nya cuma tiga? Iya, jarang orang datang ke sini, selain untuk main game sekadarnya, dan tempat ini lebih banyak melayani pesanan cetak digital, pindai dokumen, fotokopi, laminating, jual meterai dan beberapa alat tulis.)

Keyboard-nya tidak nyaman. Huruf-hurufnya sebagian sudah tidak tampak (luntur). Meski aku hapal dan bisa ngetik tanpa melihat keyboard, hal itu tetap kurang nyaman.

Speaker-nya ternyata juga error. Kecele setelah kusambungkan earphone-ku. Baiklah, kulepas saja.

Soal bagian pertama adalah seksi mendengarkan (listening). Sudah kuatur paling tinggi pun volumenya, tetap terdengar lirih 😏 apa sengaja dibuat begitu oleh pemilik warnet?

Gangguan lainnya, bunyi bising kendaraan (sepeda motor, truk, mobil) menggangguku. Iya, warnet ini hanya beberapa meter dari pertigaan jalan Marsma (TNI) Iswahjudi (yang dulunya adalah Jalan Raya Madiun-Solo) dan jalan Barat.

Skor-ku untuk simulasi ini sangat rendah. Tapi kata Mbak Era yang sudah selesai ujian, latihan di website yang lebih mirip ujian sesungguhnya, dibanding simulasi. Yakin saja aku bisa, kata Mbak Era.

Tidak sampai satu jam, kutinggalkan warnet ini. Aku bingung mau cari warnet mana lagi. Sudah tidak bersemangat..

Lalu, H -1 ujian..

Aku teringat seorang kenalan. Lestari Wanasita namanya, ya, aku tidak lupa namanya. Kami ketemu saat vaksinasi pertama Covid-19 di Universitas Muhammadiyah, Madiun, tahun lalu.

Rumahnya se-kecamatan dengan tempatku saat ini. Siapa tahu dia bisa meminjamkan laptop untukku. Gak sopan, kok ujug-ujug menghubungi seorang kenalan yang hanya kenal sepintas dan langsung kuminta bantuan.

Yah, namanya juga usaha 😌

Dulu kami tidak sempat bertukar nomer telepon, tapi aku mengikuti Instagram-nya setelah vaksinasi dan dia balas follow. Dia bahkan sempat menawarkan berangkat bareng untuk vaksin kedua.

Kali ini, kukontak dia di Instagram dan bismillah, aku tanya apa dia punya laptop yang bisa kupinjam.

Jawabannya yes, dan dia balik tanya, kapan kubutuhkan. Besok 😭

Aku sudah siap andai waktunya tidak pas. Tapi, di luar dugaanku, Lestari bersedia mengantar laptop ke alamatku. Padahal aku yang seharusnya datang ke rumahnya.

Kami janjian, besok pagi dia akan datang mengantarkan laptopnya. Terima kasih banyak, teman baruku yang sangat baik.

Setelah chat di Instagram, kami melanjutkan komunikasi via WhatsApp.

Hari ujian (Kamis, 17 Maret 2022)

Aku bersiap sepagi mungkin. Sarapan dulu, mandi dan pakai baju yang rapi untuk menyambut Tari.

Ujianku jam 10 pagi, dia bilang akan datang sekitar jam 8. Tari datang memenuhi pesananku, mengantarkan laptop, sebelum pergi melanjutkan aktivitasnya.

Laptop Toshiba lengkap dengan charger. Kondisinya masih sangat bagus, internet insyaallah lancar, katanya.

Ya Allah, enak sekali ya, punya fasilitas yang bagus untuk kerja πŸ’»

Mendekati jam ujian, aku sempat kontak dengan Mbak Tyas yang jadwalnya bersamaan denganku. Kutanya, apakah aku perlu mengaktifkan website UKBI di hp juga saat ujian nanti. Kata Mbak Tyas, sebaiknya tidak usah. Laptop saja, agar aku fokus dan bisa menjawab soal dengan lancar.

Sepuluh menit menjelang ujian.. sinyal internet excellent. Sip. Tapi, beberapa menit menuju jam 10, sinyal tiba-tiba hilang. Kenapa ini 😭 bagaimana kalau ini kejadian di tengah ujian, ya Allah..

Untunglah, akhirnya internet tersambung kembali. Peserta diminta mengaktifkan kamera agar panitia ujian bisa memantau dan memastikan tidak ada pelanggaran/kecurangan.

Laptop Tari sudah oke tadi saat kuperiksa kamera dan sistem suaranya.

Tapi.. 😭 internet hilang sinyal lagi ketika aku baru ujian 15 menit. Aku panik tapi berusaha tenang, kubuka website UKBI di hp.

Samsung A10-ku masih cukup prima, selain baterainya yang agak cepat habis (atau karena kabel charger yang sobek?)

Alhamdulillah, aku bisa mengerjakan dengan lancar.

Jam berapa ujian selesai? Aku tidak ingat. Mungkin sekitar 11.30

Ketika soal ujian tampak sudah tidak aktif lagi di hpku, kupikir sudah selesai. Oh-oh, ternyata masih ada satu sesi soal lagi yang harus kuselesaikan sebelum sign-out.

Ya Allah, kalau aku tidak tahu ternyata ujian belum selesai, bagaimana? Bisa-bisa data ujianku tidak tercatat.

Alhamdulillah. Ikhtiar sudah, sekarang serahkan hasilnya kepada Yang Maha Kuasa.

Dalam hitungan menit, hasil ujian sudah muncul. Terima kasih, ya Allah.

Skor UKBI dengan peringkat sangat unggul



Satu langkah terlalui dengan baik. Aku masih harus berjuang di tahap berikutnya.

Sertifikat belum keluar, tapi tangkapan layar skor ini bisa dipakai mendaftar seleksi penerjemah.

Good luck ❤

Catatan: Sertifikat UKBI yang dikeluarkan oleh Badan Bahasa nanti akan berlaku selama 2 tahun.

Ternyata, laptop pinjaman Tari hanya kupakai sebentar. Selebihnya aku ujian dengan hp-ku sendiri dan ternyata bisa, meski tadinya Mas Sanjaya bilang tidak disarankan.

Setelah menjalani sendiri, kesimpulanku pakai alat apapun asal sambungan internet lancar, kamera dan speaker berfungsi, bisa ikut UKBI.

Meski begitu, bantuan pinjaman laptop Tari tidak bisa kuabaikan jasanya. Dia menolongku sehingga aku bisa menyiapkan diri dengan tenang menghadapi ujian yang (bagiku) biayanya tidak sedikit ini.

Tanpa pinjaman laptop, belum tentu aku akan tenang di awal waktu.

Sekali lagi, terima kasih atas kebaikanmu, teman baruku yang baik hati.



Comments