Bahagia dengan 'Cukup'

Ruang yang lapang. Kursi berkaki tinggi yang tidak menyembunyikan apapun di kolongnya (Foto: Pixabay)

 
Bahagia dengan Cukup adalah salah satu bab dalam buku Seni Hidup Minimalis (Francine Jay, Gramedia, 2018). Frasa itu sangat mengena di hatiku, sangat memotivasi diri untuk menjadi lebih baik (insyaallah) ❤

Secara umum aku merasa tidak belanja berlebihan. Hanya yang kuperlukan saja. Oh ya.. di masa lalu, aku rada kalap kalau belanja buku. Lihat buku bagus (kata teman yang sudah baca atau kata resensi di koran), aku beli, padahal belum yakin sempat membacanya. Akibatnya aku jadi penimbun buku (selain dari warisan dan hadiah).

Tapi kalau pakaian (baju, sepatu, tas), aku hanya beli secukupnya. Tidak suka koleksi atau ganti-ganti. Pakai satu-dua saja sampai rusak, baru beli lagi setelah 2-4 tahun. Untunglah aku sudah dijauhkan dari orang-orang yang usil dengan ucapan 'bajumu kok itu-itu aja. Gak pengen ganti tas/sepatu baru?'

Lalu dari mana asalnya timbunan baju itu? Lungsuran dari kerabat.. yang sebenarnya adalah mereka melungsurkan barang itu dengan niat buang sampah. Baiklah, stop negative thinking. Ambil hikmahnya. Sekarang aku berani menolak pemberian yang ujungnya merepotkan.

Se-menyusahkan apa timbunan baju dan buku itu? (Eh padahal yang didonasikan juga sudah banyak). Ketika sebelum pindahan (April 2021) aku harus mengirim 13 kardus berisi baju dan buku, via JNE Trucking, dari kota pahlawan ke tanah kelahiran. Kukira beratnya paling-paling hanya 15 kg, ternyata perkiraanku salah. Angkanya kebalik. Semurah-murahnya ongkos kirim kargo (Rp 5.500/kg), ya kalikan saja dengan bobot 51 kg πŸ₯²

Pelajaran penting yang harus diulang-ulang karena aku manusia yang mudah lupa: hidup secukupnya saja. Miliki barang seperlunya saja

πŸͺ΄

Pagi ini (Kamis, 11/11/2021) aku tiduran sebentar boleh, kan.. mulai jam 8. Kusetel alarm jam 08.15, tapi tidurku kebablasan meski tidak lama..

.. sampai jam 08.34, Bapak menegurku soal sekantong besar sampah yang kemarin pagi kubawa ke pasar. Pertanyaan 'sampah apa yang kubuang kemarin' itu selalu kucemaskan dan pada akhirnya ditanyakan.

Kujawab, itu semua sampahku. Sedikit bohong. Sebagian sampahku, sebagian lagi bukan.

Bapak menyatakan kekhawatirannya kalau ada barang penting atau masih dipakai ikut terbuang (kubuang dengan sengaja, tepatnya).

Your home is living space, not storage space
~Francine Jay, Lightly

Sulitkah memahami bahwa tindakanku demi kebaikan untuk semua yang ada di rumah ini? Percayalah, semua yang kubuang itu sampah! Aku tidak akan lancang membuang barang yang masih bagus meski barang itu tidak akan pernah dipakai oleh pemiliknya sampai kiamat.

Di mana pun aku berada, semoga selalu di lingkungan yang bersih (Foto: Pixabay)

Apa gunanya mempertahankan kain kotor bekas t-shirt kumal? Mau dicuci? Malah rugi.. buang-buang tenaga, air, sabun, dan waktu (bisa dikonversikan dengan nilai uang. Kalau kita lelah dan menyuruh orang untuk mencuci). Di lemari masih ada setumpuk pakaian bagus, bertahun-tahun menganggur. Manfaatkan yang baik. Buang yang buruk. Beri ruang untuk masuknya energi positif dan hal-hak baik lainnya (rezeki, sirkulasi udara lancar, dll).

Ayolah, hidup lebih bahagia dan sehat dengan barang-barang seperlunya saja πŸ₯²

Kalau kegiatan Bapak saat ini lebih banyak mengurus kebun, maka peralatan keamanan memanjat pohon (tali tambang, carabiner, dll) itu saja yang perlu dipertahankan dan dirawat.

Bisakah menyampaikan ajakan ini tanpa memancing perdebatan atau pertengkaran? Sayangnya setiap kepala dan hati punya prinsip yang berbeda. Tidak semua orang mau berubah πŸ˜“


Masih cuci mata dan menghibur hati dengan gambar-gambar bertema simple living (Foto: Pixabay)

Besok jadwalku ke pasar lagi.. masih bawa sampah dari rumah? Numpang buang di gerobak sampah pasar? Kapan timbunan sampah di rumah akan lenyap?

Comments

  1. satu baju masuk, satu baju keluar. lemari enggak penuh. Kalau baju masih bisa ya.
    Kalau sampah kresek, dos, gelas minum plastik emang kudu langsung buang tak ditimbun.
    Semangat resik-resik, biar longgar tempatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat 🀸🏻‍♀️ semoga hidup minimalis bisa segera terwujud. Lapang rumah, lapang hati

      Delete
  2. aku juga perlahan ingin banget menjalani hidup cukup, semoga kita semua diberikan kemampuan dan kekuatan untuk terus bersyukur yaa :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Thank you for visiting 🌻 I'd love to hear your thoughts here