Kelas Menulis untuk Pemula Bukan Level-mu Lagi

Itu kata temanku waktu aku bilang mau ikut kelas menulis yang diadakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Madiun.


Boleh saja sih, dia berpendapat begitu. Tapi aku punya alasan dan motivasi pribadi untuk mendaftar sebagai peserta. Apa salahnya terus menggali ilmu dan wawasan dalam kesempatan apapun yang ada?

Awalnya aku tahu informasi kelas menulis ini di Instagram Perpustakaan Kota Madiun. Syarat mendaftar adalah anggota perpustakaan dan domisili di Madiun.

Aku anggota sejak sekitar 2016 (kalau tidak salah), tapi aku ber-KTP Surabaya πŸ™ƒ kenapa tidak kucoba?

Segera kuhubungi Bu Sinta, narahubung kelas ini. Aku langsung ditolak 😜

Aku tidak menyerah. Aku memaksa (merayu) dengan mengirimkan CV-ku untuk dijadikan pertimbangan.

Tidak perlu waktu lama untuk menjawabku, Bu Sinta bilang aku akan dapat jatah peserta kalau kuota di hari terakhir pendaftaran masih ada sisa.


Dan alhamdulillah, aku dikabari Bu Sinta, aku didaftar sebagai peserta.

Kelas akan berlangsung selama enam pertemuan (Selasa dan Kamis, mulai 14/06 sampai hari terakhir 30/06)

Hari pertama, Selasa (14/06/2022), jam 1 siang sampai 3 sore.

Aku datang 15 menit sebelum acara dimulai (12.45), tapi acara baru dibuka jam 13.15. Kenapa datang lebih awal? Biar dapat colokan charger laptop 😌

Seperti biasa, di komunitas baru aku dapat teman baru yang semeja denganku. Ismiati, guru Basa Jawa di SMPN 7 Madiun. Rupanya Mbak Ismi juga perlu colokan charger untuk laptopnya.

Pembukaan acara, ada sambutan kepala Dinas Perpustakaan, Drs. Heri Wasana. Kegiatan kelas menulis untuk menggerakkan literasi warga Madiun. Dengan rendah hati Pak Heri bilang, kegiatan literasi kabupaten tetangga (Magetan) yang lebih maju bisa jadi inspirasi.

Kira-kira begitulah, kalimat beliau. Nggak persis, sih.. soalnya aku tidak merekam semuanya.

Sebelum mulai ke acara inti kelas menulis, peserta dihibur dongeng yang dibawakan oleh Freya Azalia, siswi SDN 01 Kartoharjo, Madiun. Ia juara 1 Lomba Bertutur (peserta siswa SD) yang beberapa waktu lalu diadakan oleh Dinas Perpustakaan.

Dongengnya berjudul Kisah Buah Jeruk Emas. Menarik sekali gaya Freya bercerita. Ekspresif, saat memerankan setiap karakter dalam ceritanya.

Apakah beda mendongeng dan bertutur? Intinya sama-sama berkisah, bukan? Dia bercerita tanpa alat bantu atau alat peraga apapun, misalnya boneka atau apa.

*

Kelas menulis pertemuan pertama ini lebih banyak ke perkenalan dari peserta dan pembicara, Santoso (Akung Bondhet), seorang wartawan senior.



Selanjutnya, pengarahan singkat dari Akung Bondhet tentang rencana proyek menulis ini. Peserta akan menulis segala hal tentang kota Madiun. Jenis tulisannya feature (karangan khas), mengacu pada prinsip reportase 5W 1H dengan gaya bercerita (storytelling).

Kalau Akung menyebutnya jurnalisme sastrawi. Iya, itu sinonimnya πŸ™‚

Bibliotek

Hari pertama ini juga mulai dibagi, setiap peserta akan menulis topik apa. Aku nulis apa? Ide awal, ya tentang kunjunganku ke perpustakaan ini. Bibliotek, kalau Eyang Putri-ku menyebutnya. Iya, generasi sangat lanjut yang sempat mengalami masa kolonial, begitu menyebutnya.

Bagaimana aku yang berasal dari ibukota provinsi diterima menjadi anggota di sini, itu satu hal yang sangat kusyukuri dan kuapresiasi. Keramahan dan berbagai layanannya. Gedung perpustakaan yang dulu adalah gedung SMA 3 tempat Ibu dan Bapak bersekolah, juga punya nilai khusus bagiku.

(Tapi sore ini dalam diskusi di grup WhatsApp Kelas Menulis Madiun, aku berubah rencana. Ganti topik.)

Nanti, seluruh tulisan peserta kelas ini akan dibukukan oleh Dinas Perpustakaan. Awalnya kukira, ini semacam persembahan untuk Hari Jadi Kota Madiun ke-104, 20 Juni 2022.

Tapi ternyata tidak. Menurut linimasa yang sudah dirancang oleh panitia, naskah yang terkumpul masih akan memasuki tahap penyuntingan dan masuk percetakan beberapa bulan ke depan. Buku terbit nanti akan diluncurkan pada Hari Kunjung Perpustakaan pada bulan September.

Ooh..

Jadi, sebetulnya apa motivasiku mengikuti kelas ini?

Kota Madiun dengan beberapa julukan (kota pecel, kota pendekar, kota perdagangan dan industri) ini punya arti khusus di hatiku ❤

Ikut kelas selama 6 kali setidaknya akan bikin aku menghapal jalan dan meminimalkan kesasar saat menjelajah.

Apalagi?

Ini salah satu caraku mengatasi writer's block. Refreshing dan juga mendapatkan sesuatu dari apa yang kupelajari (pasti nanti aku akan rajin ke perpustakaan lagi untuk baca buku cetak. Lama-lama pusing juga baca buku digital. Betul kata Bude Hartari, penulis favoritku yang belum lama ini karyanya memikat hati juri Sayembara Novel DKJ 2021).

Dan yang jelas, sesuai tujuan diadakannya kelas ini, aku ingin menyumbangkan karya tulisku untuk Kota Madiun yang ngangeni (ini slogan baru yang kulihat di Taman Bantaran).

Nulis curhat macam ini juga isa nggo isen-isen blog. Betul, tak, Bude Hartari ? 😚

Hm.. nanti aku mau nulis apa, ya?

Comments

  1. Wah seru banget pasti ini mbak, jaman sekolah & kuliah dulu aku juga suka ikutan pelatihan writing & public speaking juga, suka banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, ikut kegiatan apapun yg positif, tambah wawasan dan pertemanan (meluaskan jejaring) 😊

      Delete
  2. Halo mba. Aku senang kalau sampai kapanpun kita baiknya tetap upgrade diri dengan ikut kegiatan positif seperti ini ya. Tetap semangat :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Thank you for visiting 🌻 I'd love to hear your thoughts here