Pekan terakhir Agustus 2022, aku antara kaget dan gembira menerima e-mail dari editor Majalah Bobo, Sylvana Toemon.
Isi e-mail Mbak Ana itu, mengabarkan naskah ceritaku dinyatakan layak terbit di Majalah Bobo. Alhamdulillah.
Kutulis dan kukirim pada Januari 2020 di kota S, dua tahun lebih berselang, karyaku terbit juga ❤
Aku segera chat Mbak Pupuy Hurriyah yang sering banget menulis di Majalah Bobo. Tanya apakah beliau berlangganan majalahnya dan bisa mengirim foto tulisanku.
Mbak Pupuy tidak langganan, tapi selalu beli setiap edisinya. Tambahan info, ada Sutono Suto (penulis dari Tegal) yang rutin mengabarkan di status Facebook-nya setiap hari Rabu, naskah siapa saja yang dimuat di majalah.
Itu karena Mas Sutono juga langganan atau selalu beli.
Jadi, hari Rabu pertama setelah aku dapat e-mail dari Mbak Ana, aku buka FB (yang sangat jarang kutengok sejak aku memutuskan meminimalkan bermedia sosial).
Seharian itu aku buang waktu sebentar-sebentar membalas komentar di status Mas Sutono yang menandai aku. Beberapa teman menyapaku dan mengapresiasi.
Terima kasih, Teman-teman π
Kamis, 1 September 2022, aku main ke Gramedia Madiun. Berharap bisa beli majalah yang menayangkan ceritaku.
Ternyata majalahnya belum datang. Sesuai kebiasaannya, Majalah Bobo yang terbit setiap Kamis itu, tiba di Gramedia Madiun pada hari Senin pekan berikutnya.
Karyawan toko dengan ramah menawarkan akan mengabariku kalau majalahnya datang. Aku dimintai nomer telepon. Okeee
Sambil menunggu kabar dari Gramedia, rasa penasaranku terbayar dengan foto kiriman Mbak Pupuy dan Mas Sutono.
Selasa, 6 September 2022 ada chat dari Gramedia Madiun. Kabarnya datang tengah hari, tapi aku baru senggang sore hari, menjelang senja.
Aku segera meluncur π΅
Ada tiga eksemplar Majalah Bobo di rak majalah. Kubeli dua.
Pulang dari toko, mampir ke Masjid Baitul Hakim.
Setelah itu, baru pulang ke rumah.
Alhamdulillah, rezeki. Honor naskah dua ratus lima puluh ribu rupiah, dipotong pajak enam ribu, kuterima kurang dari sepekan setelah majalah terbit.
Yuk, diriku, nulis lagi yang lebih bagus, dan lebih rajin.
Waktu menunggu cukup lama ya. Artinya kudu sabar. Rentang waktu lama bisa untuk menulis lagi.
ReplyDeleteYuk, diriku juga nulis lagi.