Selain Mbak Tyas KW, orang lain yang aku ingin temui kalau di Jakarta adalah Mbak Pupuy Hurriyah. Penulis cerita anak yang bisa dibilang legend di Majalah Bobo (sebetulnya beliau bukan satu-satunya penulis produktif di Bobo yang kukenal; ada beberapa nama lain: Rae Sita, Fransisca Emilia, Deni Wibisono, dan beberapa nama lain--sejak awal 2000an).
Alhamdulillah akhirnya ketemu juga dengan Mbak Pupuy (setelah ragu, mau mampir atau tidak). Senang sekali, dan tentu saja aku merasa sangat dihormati karena Mbak Pupuy sendiri yang menawarkan kepadaku untuk mampir ke kediamannya di Jakarta Barat, selagi aku menunggu jadwal kereta pulang nanti malam (setelah selesai lokakarya penulis buku anak bertema lingkungan dan perubahan iklim).
Dari Swiss-BelHotel, Serpong, Tangerang, aku naik GoCar tujuan Jakarta Barat. (Sopirnya meminta uang tambahan padaku untuk bayar tol.)
Kunikmati perjalanan, kuamati pemandangan di kiri-kananku, arus lalu-lintas, berbagai jenis kendaraan dan manusia-manusia sibuk di sekitar ibukota negara (bukan IKN di Kalimantan itu ya..)
Memasuki kota Jakarta, mendekati Jakarta Barat, lalu-lintas padat merayap. Mbak Pupuy memanduku via telepon untuk penanda jalan yang harus aku lewati.
Akhirnya...
![]() |
berpelukan dengan Mbak Pupuy |
Aku langsung numpang ke kamar mandi, wudu dan shalat zhuhur dan ashar (jamak takhir). Mbak Pupuy menjamuku dengan makan siang sambil ngobrol di ruang makan.
Dua penulis cerita anak ya ngobrol tentang buku anak, bagaimana kami bertahan berkarya tulis di tengah disrupsi media (penerbitan majalah dan koran yang dulu memfasilitasi pemuatan cerita anak, bertumbangan).
Ibu mertua Mbak Pupuy beberapa saat kemudian datang, pulang dari pengajian. Kuucapkan salam dan permisi atas kedatanganku. Masyaallah, beliau menyambutku dengan sangat ramah. Memanggilku 'Nak' dan 'Sayang' seolah aku sahabat lama menantunya..
Padahal, ya memang aku dan Mbak Pupuy sudah kenal lama, tapi bertahun-tahun hanya berkomunikasi di media sosial lalu WhatsApp (goodbye, social media). Ini pertama kali kami tatap muka.
Ternyata memang bisa ya, persahabatan yang tulus itu terjalin tanpa berkomunikasi secara langsung.
Bahkan, nasi kotak angsul-angsul pengajian, diberikan kepadaku sebagai bekalku di perjalanan. Ibu yang baik, Allah akan membalas kebaikan Ibu dengan yang jauh lebih baik.
Sekitar waktu maghrib aku pamit, Mbak Pupuy menungguiku di depan rumahnya sampai mobil GoCar yang kupanggil datang dan mengantarku ke Stasiun Pasar Senen.
Sampai jumpa lagi di kesempatan yang lebih baik, Mbak Pupuy dan keluarga. Sehat panjang umur dan bahagia, ya..
*
Langit sudah gelap ketika aku otw ke Pasar Senen. Ketika sopir GoCar kutanya, berapa bayar parkir stasiun, dia menjelaskan bahwa ongkos parkir sudah termasuk biaya yang kubayar dengan GoPay. Aku tidak perlu menambah uang tunai langsung ke sopir. Kok sopir yang mengantarku dari hotel tadi siang, minta uang tambahan ke aku ya..
Keretaku Madiun Jaya berangkat dari Stasiun Pasar Senen, tujuan akhir stasiun Madiun besok pagi; aku turun di stasiun Magetan.
Aku makan malam dulu, nasi kotak bekal pemberian ibu mertua Mbak Pupuy. Alhamdulillah, enaknya..
Menunggu Madiun Jaya bersiap untuk mengantarku pulang..
Comments
Post a Comment
Thank you for visiting 🌻 I'd love to hear your thoughts here