Sore ini ketika pandanganku tak sengaja berpaling ke kiri, beberapa langkah sebelum ke bilik air, aku melihat bisbul di tanah. Di sekitar pokok randu. Di atas tumpukan daun kering (daun manecu/kenitu, daun randu, daun bisbul, daun kelor, daun waru, dll).
Ini bulan September, kan? Aku tidak salah lihat, kan? Tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya, pohon buah ini panen sekitar Maret hingga Mei. Tahun ini, Februari sudah berbuah lebat. Berdasarkan ilmu titen-ku, bisbul hanya sekali panen dalam setahun.
Aku memanggil Bapak.
Bapak wis neng kebon mburi?
Durung.
Jal pirsanana, aku kok weruh bisbul neng lemah, apa ketok-ketoken, apa bisbul tenan.
Bapak segera melompat ke kebun belakang.
Tujune mripatmu isih awas, kata Bapak. Alhamdulillah.
Bapak dapat tiga bisbul: sebuah utuh, dua lainnya sudah berlubang entah diicipi burung, codot, atau siapa. Allah amanahkan pohon buah organik tanpa kami harus rajin memupuk dengan pupuk komersial, tanpa harus disiram air secara rutin, sungguh kebahagiaan yang tidak bisa ditukar dengan uang.
Terima kasih atas bisbul September ini ya Allah.
Comments
Post a Comment
Thank you for visiting 🌻 I'd love to hear your thoughts here