Do Not Litter

 

Yuk bersih-bersih yuk (Foto: Pixabay)

Jumat pagi (12/11/2021) sekitar jam 6, cuaca dingin sisa gerimis tipis dini hari dan hujan semalam yang tidak begitu deras..

Aku ke pasar membawa sampah dua kantong. Kira-kira berat masing-masing 0,75 kg. Tidak berat. Sampah kering saja (bekas wadah kue lebaran, kantong kresek, dll). Masih dibayangi rasa waswas kalau Bapak lihat aku membawa sampah. Barangkali Bapak tersinggung dengan sikapku? Entah.. Beberapa waktu lalu, dalam kesempatan yang kurasa sudah tepat, setelah tetangga belakang rumah membuang sampahnya di kebun belakang rumah kami, aku beritahu Bapak bahwa aku sering membawa sampah untuk kubuang ke TPS pasar. Agar Bapak paham bahwa niatku hanya membantu.

Pagi ini, Bapak tidak lihat ketika aku berangkat. Eh tapi aku sudah pamit kok.


RelatedCerita anak yang kutulis di Majalah Bobo, dengan topik minim sampah dan pemilahan sampah



Tiba di pasar, kuparkir sepeda motor di parkiran yang paling dekat dengan TPS. Cuaca masih mendung dan gerimis halus. Pasar belum begitu ramai. Aku langsung ke TPS yang jalan masuknya agak menanjak.

Kudekati bak truk sampah, kurelakan hidungku mencium bau sampah.. demi apa 😌 kulempar satu kantong. Astaga 😱 ada orang di dalam bak truk itu. Tukang sampah eh petugas kebersihan tentunya.. aku kaget. Takut banget. Aku takut dikenali (meski pakai masker) dan takut ditegur. Satu kantong sampah lagi kutaruh di pinggir luar truk, di antara beberapa buntelan sampah lain yang sudah ada.

Truk sampah di pasar-ku, tidak sebagus ini πŸ™ƒ (Foto: Pixabay)


Setengah berlari aku masuk pasar. Lanjut belanja. Jantung berdebar-debar. Seperti ini 'perjuangan' membebaskan rumah tempat tinggal dari sampah. Beda dengan saat masih tinggal di kota besar, warga cukup bayar retribusi, sampah rumah tangga diangkut beberapa hari sekali oleh petugas. Warga tahu beres.

Bagaimana rencana 2 hari ke depan?

πŸͺ΄

Minggu pagi (14/11) jadwal ke pasar lagi. Rasa waswas masih ada. Tugas membuang sampah belum rampung. Sabar ya, diriku, niat dan perbuatan baik tidak akan sia-sia.

Kali ini sampah kutinggal di cantolan motor dulu. Masuk pasar belanja dulu. Selesai belanja, kuambil kantong sampah. Masuk pasar lagi dan bersikap seolah kantong sampah yang kubawa isinya belanjaan saja. Biar gak bikin penasaran orang.

Di sekitar TPS tidak ada orang. Bismillah, numpang buang sampah ya.. sampah kering kok, ini..

Sampah masuk bak truk. Lega hatiku. Semoga sampahku tidak melukai siapapun (aamiin). Teringat peristiwa yang masuk berita nasional beberapa tahun lalu, seorang pemulung terluka kakinya setelah menginjak tusuk sate di TPS/TPA. Si bapak menderita tetanus sampai meninggal πŸ˜”

Semoga cita-cita hidup minim sampah segera terwujud 🀲🏻

Lingkungan yang bersih, dipandang saja enak.. apalagi tinggal di sana ya.. (Foto: Pixabay)

πŸͺ΄

Perjuangan mengelola sampah seolah tiada habisnya 🀸🏻‍♀️


Comments