Bahasa Menunjukkan Bangsa

Ketika bestie Imawati Zanifah menginfokan undangan penulisan artikel terkait standar kemahiran berbahasa Indonesia (September 2024), aku antusias sekali mau ikut.

Artikel terpilih pada undangan penulisan artikel terkait standar kemahiran berbahasa Indonesia


Motivasi utamaku mendokumentasikan pengalaman mengikuti Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, syukur-syukur kalau artikelku nanti lolos kurasi. Lumayan, kan, dapat honor seratus ribu rupiah, daripada nggak dapat apa-apa dari bermodal 300ribuan untuk bisa ikut tes semacam TOEFL itu.. (versi bahasa Indonesia).

Undangan penulisan artikel terkait standar kemahiran berbahasa Indonesia


Seratus ribu.. sepadan lah ya, dengan artikel yang hanya satu halaman, dan barangkali kalau dipadatkan hanya sepanjang separuh halaman, karena ada tabel (sesuai ketentuan penulisan artikel) yang menyita sekitar separuh halaman juga.

Alhamdulillah, akhirnya artikelku terpilih. Lumayan lagi, nambah koleksi piagam 😁

Sertifikat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia


Setidaknya, piagam yang hanya berlaku 2 tahun ini ada gunanya 🤭

Kilas balik ke masa aku mulai meminati kebahasaan, literasi, sejak masih sekolah dasar dan hampir tidak pernah melewatkan rubrik bahasa di harian Kompas dan majalah Tempo sejak puluhan tahun lalu.

André Möller


Bisa menulis artikel bahasa di media cetak jadi cita-cita yang belum pernah kesampaian. Antara sibuk menulis naskah cerita anak, naskah lain-lain, menerjemahkan ratusan buku.. lalu aku merasa menemukan momen setelah artikelku lolos dalam undangan menulis artikel yang diselenggarakan Badan Bahasa ini.

Setelah aku memulai langkah pertamaku mengirimkan artikelku ke Kompas, menjelang akhir tahun 2024, aku dikejutkan berita yang tidak menyenangkan.

Darmawati Majid
Instagram Darmawati Majid

Pupus sudah harapanku bisa melihat namaku sebagai penulis artikel bahasa di Kompas.

Dalam artikel yang kukirimkan namun layu bagai bunga kembang tak jadi itu kusampaikan kritik kepada para pemangku kepentingan agar uji kemahiran berbahasa Indonesia disyaratkan bagi para pejabat negara, kalau bisa setingkat menteri, bahkan pemimpin tertinggi di negeri ini.

Kan, malu-maluin punya wakil presiden yang menyapa audiensnya dengan 'para-para ibu nyai..'


Comments